Rabu, 02 Januari 2013

replikasi virus influenza

-->
VIRUS INFLUENZA

Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza memiliki nucleocapsid yang berbentuk helix dengan dibungkus oleh selubung (envelope) lipoprotein. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion.
Virus influensa terdiri dari tiga tipe yaitu tipe A, B, dan C. Virus influenza tipe A dan B memiliki 8 segmen RNA, sedangkan virus influenza tipe C hanya memiliki 7 segmen RNA. Virus influenza memiliki dua antigen permukaan yaitu Hemagglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA). HA berperan pada proses attachment dari virion ke reseptor permukaan sel, selain itu HA juga berperan pada aktivitas hemagglutinasi dari virus. Sementara N berperan pada proses keluarnya virus dari sel inang. HA dan NA mampu memicu terjadinya respon imun dan respon yang spesifik terhadap subtipe virus. Terdapat 16 varian antigen hemaglutinin (H1-H16) dan 9 jenis antigen neuraminidase (N1-N9) pada kelompok virus ini, sehingga dengan demikian virus ini mempunyai 144 kemungkinan variasi subtipe.
Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena sangat patogen baik bagi manusia, dan binatang, yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, di seluruh dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru yang lebih patogen. Terdapat 15 jenis subtipe HA dan 9 jenis subtipe NA. Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900), dan H2N2 (1889).
Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis.


Gambar ilustrasi virus influenza

Replikasi Virus Influenza
Virus influenza memiliki genom RNA sense negatif. Agar dapat bereplikasi, pertama-tama virus harus memproduksi mRNA sense positif sehingga dapat memproduksi enzim yang dibutuhkan. Sekali enzim ditranslasikan, replikasi akan terjadi. cRNA sense positif kemudian dibuat dari RNA sense negatif menggunakan enzim. Progeni RNA sense negatif kemudian dibuat dari cRNA positif. Progeni virus ini seketika langsung “bertunas” di membran sel dan mengalami pelepasan virus baru yang siap menginfeksi sel-sel lain.Virus influenza memasuki sel inang setelah terlebih dahulu mengalami proses rekognisi membentuk ikatan hemaglutinin dengan asam sialik yang terdapat pada reseptor glikoprotein atau glikolipid sel inang. Sel kemudian mengendositosis virus. Di dalam endosom yang bersifat asam, virus berubah bentuk dan selubungnya berfusi dengan membran endosom. Hal ini diikuti oleh sinyal pelepasan nukleokapsid virus ke dalam sitoplasma sel inang. Dari sini nukleokapsis “berjalan” menuju nukleus sel inang.
Di dalam nukleus sel inang, virus melakukan transkripsi pertamanya untuk memproduksi protein yang dibutuhkan untuk replikasi. Transkripsi ini (transkripsi primer) melibatkan “ cap snatching”, yang artinya, endonuklease virus (PB2) memotong ujung 5’ metilguanosin serta 10-13 nukleotida RNA, RNA ini lalu digunakan sebagai primer untuk transkripsi protein PB1, transkriptase virus. Pada virus influenza A dan B, 10 protein merupakan hasil translasi delapan segmen genom, termasuk hemaglutinin, neuraminidase, PB1, PB2, nukleoprotein dan kompleks RNA polimeraselainnya, dua matriks protein, dan dua protein NS. Setelah protein inisial terbentuk, delapan pita RNA komplementer sense positif dibuat dari delapan segmen RNA sense negatif (setidaknya pada influenza A dan B, influenza C memiliki tujuh segmen).
From Robert A. Lamb and Robert M. Krug's "Orthomyxoviridae: The Viruses and Their Replication," in Fields Virology, Lippincott-Raven Publishers. 1996. p 1370.

Pita ini kehilangan ujung primer 5’ sebagaimana ekor 3’ poli(A) pada mRNA. Dari cRNA ini, RNA sense negatif diproduksi. Berbagai macam protein kemudian membantu RNA sense negatif keluar dari nukleus menuju ke sitoplasma sel inang. Hemaglutinin dan neuraminidase si sitoplasma melakukan glikosilasi, polimerisasi, dan asilasi. Hemaglutinin, neuraminidase, dan matriks protein 2 (M2) “berjalan bersama-sama” menuju membran sel. Di membran sel, protein bertemu dengan matriks protein lain (M1) dan memulai proses pertunasan. Sedikitnya ada delapan segmen RNA yang menuju lokasi pertunasan (mekanisme ini belum sepenuhnya diketahui). Lalu, terjadilah pelepasan virus baru. Neuraminidase akhirnya menghancurkan reseptor asam sialik pada membran sehingga “mengizinkan” virus meninggalkan sel.

keanekaragaman mikroba

Resume jurnal:


Keanekaragaman Struktural dan Fungsional Mikroba Tanah yang Terkena Dampak Peningkatan [CO2] dan Penambahan N pada Perkebunan Poplar

ABSTRAK
Struktur genetik dan fungsi dari mikroba tanah keduanya penting ketika belajar siklus C dalam ilmu tanah  akibat peningkatan CO2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi genetik komunitas jamur dengan cara PCR-DGGE dan keragaman fungsional mikro-organisme tanah pada umumnya dengan MicroResp yang berbasis pada  community level physiological profiling (CLPP) di perkebunan poplar (POPFACE) tumbuh di bawah peningkatan  [CO2] dengan dan tanpa pemupukan nitrogen.
PENDAHULUAN
Respon dari ekosistem terestrial terhadap [CO2] pemupukan  terkait dengan proses di bawah tanah, terutama yang dilakukan oleh mikro-organisme (Zak et al. 2000). Struktur genetik dan fungsi mikroba tanah keduanya penting ketika mempelajari peran tanah dalam siklus C. Masukan C yang lebih besar dalam tanah dari tanaman yang tumbuh dalam kondisi meningkatnya [CO2] telah banyak diamati dan input ini menstimulasi aktivitas mikroba. Disisi lain, N sering menjadi faktor pembatas bagi organisme tanah dan penambahan N dapat mengubah biomassa aktivitas, mikroba dan komposisi jenis (Sarathchandra et al. 2001).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk  menilai perubahan langsung dalam komposisi komunitas mikroba dalam menanggapi peningkatan [CO2]. Secara khusus, jamur memungkinkan sumber kritis C dalam sistem dengan peningkatan [CO2] atmosfer karena jamur merupakan bagian utama dari biomassa mikroba tanah dan mereka sangat erat terlibat dalam siklus C  langsung dari atas biomassa tanah (Klamer et al. 2002). PCR-denaturing gradien elektroforesis gel (DGGE), jarang digunakan untuk menganalisis secara menyeluruh pengaruh peningkatan [CO2] pada komposisi komunitas jamur (Chung et al. 2006) dan studi lebih lanjut diperlukan untuk memperdalam pengetahuan, khususnya tentang peran status hara tanah yang berkaitan dengan dampak pengayaan [CO2] pada jamur.
 Sebagian besar penelitian mengenai keanekaragaman fungsional dari komunitas mikroba, telah didasarkan pada ekstraksi organisme dari tanah dan menentukan potensi pemanfaatan menggunakan Community Level Physiological Profiling (CLPP) dengan Biolog plates (Insam et al. 1999, Insam dan Goberna 2004). Namun, pendekatan ini hanya menyediakan informasi tentang anggota fraksi dikultur dari bakteri tanah. Metode ini tidak banyak menjelaskan tentang organisme yang pertumbuhannya  lambat.  Metode ini juga mendiskriminasikan antara jamur dan organisme lain dengan preferensi untuk kondisi yang lebih asam (Degens 1999). Metode MicroResp yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa keunggulan atas pendekatan CLPP berbasis biologis. Hal ini mencerminkan  aktivitas langsung dan memberikan informasi fisiologis pada pola komunitas mikroba dalam pemanfaatan substrat. Penggunakan tanah bukan ekstrak tanah menyediakan pengukuran langsung katabolisme substrat  oleh komunitas mikroba dan mencerminkan aktivitas daripada pertumbuhan karena respon  yang lebih cepat untuk substrat yang diukur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi genetik komunitas jamur dan keanekaragaman fungsional mikro-organisme tanah di perkebunan poplar POPFACE yang ditumbuhkan  di bawah peningkatan [CO2] dengan dan tanpa pemupukan nitrogen. Dalam percobaan POPFACE, Moscatelli et al. (2005a) menemukan bukti langsung untuk stimulasi biomassa jamur dengan perlakuan [CO2]. Pada saat yang sama Lukac et al. (2003) menemukan rangsangan kolonisasi mikoriza dengan peningkatan [CO2]. Jika peningkatan [CO2] menghasilkan perubahan dalam kuantitas dan kualitas input tanaman pada tanah, dan stimulasi jamur, dapat menyebabkan pergeseran dalam mikroba, baik pada tingkat struktural dan fungsional. Dalam pnelitian sebelumnya, diduga bahwa pergeseran dalam komunitas mikroba bisa terjadi tergantung FACE dan pemupukan (Moscatelli et al. 2005b), untuk kalli ini dilakkan konfirmasi dengan PCR-DGGE dan MicroResp berbasis CLPP.
BAHAN DAN METODE
Perkebunan eksperimental POPFACE dan fasilitas FACE yang berada di Italia tengah, Tuscania (VT). Klon dari Populus alba, Populus nigra dan Populus x euramericana ditumbuhkan, dari tahun 1999 hingga 2004, dalam enam plot 314 m2 diperlakukan baik dengan atmosfer (control) atau diperkaya CO2 (550 ìmol mol-1) dengan teknologi FACE (Free Air CO2 Enrichment) di setiap musim tanam. Masing-masing plot dibagi menjadi enam segitiga sektor, dengan dua sektor per genotipe poplar: tiga spesies x dua tingkat nitrogen. Setelah menghilangkan lapisan serasah, satu tanah inti per genotipe (10 cm lebar, kedalaman 20 cm) diambil bagian dalam  dari dari setiap tiga sektor pada masing-masing plot, dengan total 36 core tanah (3 ulangan x 2 [CO2] x 2 x 3 fertilisasi spesies) pada bulan Oktober 2004 dan pada bulan Juli 2005. DNA diekstraksi dengan Prosedur beat beating. Fragmen gen 18S rDNA diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer untuk jamur (FR1 GC dan FF390). Analisis CLPP dilakukan dengan menggunakan metode MicroResp. Substrat karbon yang terpilih tergantung pada relevansi  ekologi  tanah dan kelarutannya dalam air. Secara khusus sumber C rizosfer (asam karboksilat dan karbohidrat) dipilih dengan mempertimbangkan pentingnya masukan akar untuk metabolisme mikroba.
HASIL
Perlakuan pemupukan membedakan komposisi dari komunitas jamur terlepas dari peningkatan [CO2] atau spesies poplar, apalagi jumlah spesies jamur lebih rendah pada tanah yang diberi pupuk.
Gambar. 1: Jumlah koloni tercatat dalam profil DGGE untuk kedua tanggal sampling  dalam kontrol [n] dan FACE [n] dan kontrol [HN] dan FACE [HN] plot. Bar dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (p <0,05)
Keterangan: n (penambahan pupuk), HN (tanpa penambahan pupuk)
Pengaruh peningkatan [CO2] pada komposisi komunitas jamur itu terbukti hanya sebagai interaksi dengan perlakuan pemupukan, N yang cukup dalam tanah , peningkatan [CO2] menentukan komunitas mikroba yang berbeda. Untuk CLPP (Tabel 1), perbedaan spesies poplar adalah faktor variasi utama. Perlakuan FACE, rata-rata, menghasilkan laju pemanfaatan C lebih rendah untuk tanah yang tidak dipupuk dan lebih tinggi di tanah yang dipupuk.

Tabel 1. MANOVA (Multivariate Analysis of variance) dari FACE dan perlakuan pemupukan, waktu (Oktober vs. Juli), spesies poplar dan interaksinya disajikan dalam data CLPP.
PEMBAHASAN
 Biomassa jamur dan komposisi jamur tergantung pada faktor yang berbeda: dari penelitian sebelumnya kita tahu bahwa semakin besar kuantitas dan rasio C / N yang lebih tinggi dari input organik di bawah peningkatan [CO2] memberikan pengaruh secara positif terhadap biomassa jamur baik dalam tanah yang dipupuk maupun tidak, sedangkan ketersediaan nitrogen  menjadi penentu utama dari komposisi komunitas jamur dalam penelitian ini. Seluruh komunitas mikroba yang aktif  langsung dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanah dan spesies poplar tersebut. Di bawah peningkatan CO2  kompetisi untuk N dengan tanaman sangat mempengaruhi komunitas mikroba, yang tidak dapat memperoleh manfaat dari penambahan substrat pada rizosfer. Di bawah kondisi N yang cukup, peningkatan aktivitas mikroba karena pengayaan [CO2] terkait dengan komunitas mikroba yang lebih aktif, dipengaruhi oleh ketersediaan dari C dan N.
KESIMPULAN
 Faktor yang berbeda mempengaruhi komunitas mikroba pada tingkat yang berbeda: spesies poplar dan eksudat akar  dipengaruhi oleh sifat fungsional dari komunitas mikroba, sedangkan komposisi  jamur tertentu (seperti yang terlihat dengan DGGE) tetap tidak pengaruh. Di sisi lain, faktor seperti ketersediaan N dan C memiliki dampak yang kuat pada komunitas fungsional dan komposisi. Struktur komunitas jamur mencerminkan ketersediaan N dalam tanah dan efek peningkatan [CO2] pada struktur komunitas dan fungsi nyata hanya pada ketersediaan N  tanah. Ketersediaan simultan C dan N  olehkarena itu menjadi  kekuatan pendorong utama untuk struktur dan fungsi mikroba di perkebunan ini.

lulur kotoran burung

Burung bulbul yang diternak dan diberi pakan berupa biji oraganik, menghasilkan kotoran yang  seratus persen organik. Kadang kala, burung-burung bulbul yang diternak ini juga diberi pakan ulat bulu. Kotoran yang dihasilkan belum dapat digunakan secara langsung, karena harus melewati sterilisasi menggunakan sinar UV. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan bau tak sedap, dengan membuang kandungan urea dari kotoran. Kotoran yang sudah steril ini lalu diproses menjadi bubuk dan siap dikirim lalu digunakan. dicampur dengan tepung beras dan air. Tekstur tepung beras yang kasar berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati melalui pengelupasan.

rahasia kecantikan alami dari produk alami... hehehe

selamat mencoba.