Keanekaragaman
Struktural dan Fungsional Mikroba Tanah yang Terkena Dampak Peningkatan [CO2]
dan Penambahan N pada Perkebunan Poplar
ABSTRAK
Struktur
genetik dan fungsi dari mikroba tanah keduanya penting ketika belajar siklus C
dalam ilmu tanah akibat peningkatan CO2.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi genetik komunitas
jamur dengan cara PCR-DGGE dan keragaman fungsional mikro-organisme tanah pada
umumnya dengan MicroResp yang berbasis pada
community level physiological
profiling (CLPP) di perkebunan poplar (POPFACE) tumbuh di bawah peningkatan
[CO2] dengan dan tanpa pemupukan
nitrogen.
PENDAHULUAN
Respon
dari ekosistem terestrial terhadap [CO2] pemupukan terkait dengan proses di bawah tanah,
terutama yang dilakukan oleh mikro-organisme (Zak et al. 2000). Struktur
genetik dan fungsi mikroba tanah keduanya penting ketika mempelajari peran
tanah dalam siklus C. Masukan C yang lebih besar dalam tanah dari tanaman yang
tumbuh dalam kondisi meningkatnya [CO2] telah banyak diamati dan
input ini menstimulasi aktivitas mikroba. Disisi lain, N sering menjadi faktor
pembatas bagi organisme tanah dan penambahan N dapat mengubah biomassa
aktivitas, mikroba dan komposisi jenis (Sarathchandra et al. 2001).
Beberapa
penelitian telah berusaha untuk menilai
perubahan langsung dalam komposisi komunitas mikroba dalam menanggapi
peningkatan [CO2]. Secara khusus, jamur memungkinkan sumber kritis C dalam
sistem dengan peningkatan [CO2] atmosfer karena jamur merupakan bagian utama
dari biomassa mikroba tanah dan mereka sangat erat terlibat dalam siklus C langsung dari atas biomassa tanah (Klamer et
al. 2002). PCR-denaturing gradien elektroforesis gel (DGGE), jarang digunakan
untuk menganalisis secara menyeluruh pengaruh peningkatan [CO2] pada komposisi
komunitas jamur (Chung et al. 2006) dan studi lebih lanjut diperlukan untuk
memperdalam pengetahuan, khususnya tentang peran status hara tanah yang
berkaitan dengan dampak pengayaan [CO2] pada jamur.
Sebagian besar penelitian mengenai
keanekaragaman fungsional dari komunitas mikroba, telah didasarkan pada
ekstraksi organisme dari tanah dan menentukan potensi pemanfaatan menggunakan Community Level Physiological Profiling
(CLPP) dengan Biolog plates (Insam et
al. 1999, Insam dan Goberna 2004). Namun, pendekatan ini hanya menyediakan
informasi tentang anggota fraksi dikultur dari bakteri tanah. Metode ini tidak
banyak menjelaskan tentang organisme yang pertumbuhannya lambat. Metode ini juga mendiskriminasikan antara
jamur dan organisme lain dengan preferensi untuk kondisi yang lebih asam
(Degens 1999). Metode MicroResp yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
beberapa keunggulan atas pendekatan CLPP berbasis biologis. Hal ini
mencerminkan aktivitas langsung dan
memberikan informasi fisiologis pada pola komunitas mikroba dalam pemanfaatan substrat.
Penggunakan tanah bukan ekstrak tanah menyediakan pengukuran langsung
katabolisme substrat oleh komunitas
mikroba dan mencerminkan aktivitas daripada pertumbuhan karena respon yang lebih cepat untuk substrat yang diukur.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi genetik komunitas jamur
dan keanekaragaman fungsional mikro-organisme tanah di perkebunan poplar
POPFACE yang ditumbuhkan di bawah
peningkatan [CO2] dengan dan tanpa pemupukan nitrogen. Dalam percobaan POPFACE,
Moscatelli et al. (2005a) menemukan bukti langsung untuk stimulasi biomassa
jamur dengan perlakuan [CO2]. Pada saat yang sama Lukac et al. (2003) menemukan
rangsangan kolonisasi mikoriza dengan peningkatan [CO2]. Jika peningkatan [CO2]
menghasilkan perubahan dalam kuantitas dan kualitas input tanaman pada tanah,
dan stimulasi jamur, dapat menyebabkan pergeseran dalam mikroba, baik pada
tingkat struktural dan fungsional. Dalam pnelitian sebelumnya, diduga bahwa
pergeseran dalam komunitas mikroba bisa terjadi tergantung FACE dan pemupukan (Moscatelli
et al. 2005b), untuk kalli ini dilakkan konfirmasi dengan PCR-DGGE dan
MicroResp berbasis CLPP.
BAHAN DAN METODE
Perkebunan
eksperimental POPFACE dan fasilitas FACE yang berada di Italia tengah, Tuscania
(VT). Klon dari Populus alba, Populus nigra dan Populus x euramericana ditumbuhkan, dari tahun 1999 hingga 2004,
dalam enam plot 314 m2 diperlakukan baik dengan atmosfer (control)
atau diperkaya CO2 (550 ìmol mol-1) dengan teknologi FACE (Free Air
CO2 Enrichment) di setiap musim tanam. Masing-masing plot dibagi
menjadi enam segitiga sektor, dengan dua sektor per genotipe poplar: tiga
spesies x dua tingkat nitrogen. Setelah menghilangkan lapisan serasah, satu
tanah inti per genotipe (10 cm lebar, kedalaman 20 cm) diambil bagian dalam dari dari setiap tiga sektor pada masing-masing
plot, dengan total 36 core tanah (3 ulangan x 2 [CO2] x 2 x 3 fertilisasi
spesies) pada bulan Oktober 2004 dan pada bulan Juli 2005. DNA diekstraksi
dengan Prosedur beat beating. Fragmen
gen 18S rDNA diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer untuk jamur (FR1 GC
dan FF390). Analisis CLPP dilakukan dengan menggunakan metode MicroResp. Substrat
karbon yang terpilih tergantung pada relevansi
ekologi tanah dan kelarutannya
dalam air. Secara khusus sumber C rizosfer (asam karboksilat dan karbohidrat)
dipilih dengan mempertimbangkan pentingnya masukan akar untuk metabolisme
mikroba.
HASIL
Perlakuan
pemupukan membedakan komposisi dari komunitas jamur terlepas dari peningkatan
[CO2] atau spesies poplar, apalagi jumlah spesies jamur lebih rendah pada tanah
yang diberi pupuk.
Gambar. 1:
Jumlah koloni tercatat dalam profil DGGE untuk kedua tanggal sampling dalam kontrol [n] dan FACE [n] dan kontrol
[HN] dan FACE [HN] plot. Bar dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (p
<0,05)
Keterangan: n
(penambahan pupuk), HN (tanpa penambahan pupuk)
Pengaruh
peningkatan [CO2] pada komposisi komunitas jamur itu terbukti hanya
sebagai interaksi dengan perlakuan pemupukan, N yang cukup dalam tanah ,
peningkatan [CO2] menentukan komunitas mikroba yang berbeda. Untuk
CLPP (Tabel 1), perbedaan spesies poplar adalah faktor variasi utama. Perlakuan
FACE, rata-rata, menghasilkan laju pemanfaatan C lebih rendah untuk tanah yang
tidak dipupuk dan lebih tinggi di tanah yang dipupuk.
Tabel
1. MANOVA (Multivariate Analysis of variance) dari FACE dan perlakuan pemupukan,
waktu (Oktober vs. Juli), spesies poplar dan interaksinya disajikan dalam data
CLPP.
PEMBAHASAN
Biomassa jamur dan komposisi jamur tergantung
pada faktor yang berbeda: dari penelitian sebelumnya kita tahu bahwa semakin
besar kuantitas dan rasio C / N yang lebih tinggi dari input organik di bawah
peningkatan [CO2] memberikan pengaruh secara positif terhadap biomassa jamur
baik dalam tanah yang dipupuk maupun tidak, sedangkan ketersediaan
nitrogen menjadi penentu utama dari
komposisi komunitas jamur dalam penelitian ini. Seluruh komunitas mikroba yang
aktif langsung dipengaruhi oleh ketersediaan
hara tanah dan spesies poplar tersebut. Di bawah peningkatan CO2 kompetisi untuk N dengan tanaman sangat
mempengaruhi komunitas mikroba, yang tidak dapat memperoleh manfaat dari
penambahan substrat pada rizosfer. Di bawah kondisi N yang cukup, peningkatan
aktivitas mikroba karena pengayaan [CO2] terkait dengan komunitas mikroba yang lebih
aktif, dipengaruhi oleh ketersediaan dari C dan N.
KESIMPULAN
Faktor yang berbeda mempengaruhi komunitas
mikroba pada tingkat yang berbeda: spesies poplar dan eksudat akar dipengaruhi oleh sifat fungsional dari
komunitas mikroba, sedangkan komposisi jamur tertentu (seperti yang terlihat dengan
DGGE) tetap tidak pengaruh. Di sisi lain, faktor seperti ketersediaan N dan C
memiliki dampak yang kuat pada komunitas fungsional dan komposisi. Struktur
komunitas jamur mencerminkan ketersediaan N dalam tanah dan efek peningkatan
[CO2] pada struktur komunitas dan fungsi nyata hanya pada ketersediaan N tanah. Ketersediaan simultan C dan N olehkarena itu menjadi kekuatan pendorong utama untuk struktur dan
fungsi mikroba di perkebunan ini.
0 komentar:
Posting Komentar